Muhammad Rizki Agustian, mahasantri PeTIK dari Cianjur, tumbuh sebagai anak ketiga dari delapan bersaudara. Kehidupannya sederhana, ayahnya bekerja serabutan dan ibunya menjadi ibu rumah tangga. Oleh kedua orang tuanya, Rizki selalu diajarkan untuk pantang menyerah dan menjaga tekad yang kuat.
Sebelum mengenal dunia IT, Rizki sebenarnya belum memiliki bayangan tentang apa itu teknologi informasi. Dunia IT terasa asing baginya. Namun, nasib mempertemukannya dengan Pesantren PeTIK. Seorang teman menyarankan Rizki untuk mengambil jurusan jaringan (networking) karena dianggap lebih mudah untuk dipelajari. Meski awalnya masih ragu, Rizki menerima tantangan tersebut.
Sebelum masuk ke PeTIK, Rizki mengisi waktu dengan mengajar di sebuah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) selama sebulan. Pengalaman ini tidak hanya memberinya kebahagiaan, tetapi juga sebuah kebanggaan tersendiri. Di pesantren tempat ia belajar sebelumnya, Rizki sudah menghafal 12 juz Al-Qur’an, sebuah pencapaian yang sangat ia syukuri. Namun, ia tahu bahwa perjalanan hidupnya belum selesai, ia masih harus menempuh jalan panjang di bidang IT.
Saat pertama kali tiba di Pesantren PeTIK, Rizki merasa betah. Suasana lingkungan yang mendukung, teman-teman yang penuh semangat, serta fasilitas yang memadai membuatnya nyaman. Setiap hari, ia terus belajar dengan tekun, menuruti nasihat orang tuanya yang selalu berkata, “Belajar sungguh-sungguh, banggakan orang tua, dan jangan pernah mengecewakan mereka.” Dukungan itu menjadi bahan bakar semangatnya setiap kali merasa lelah.
Dalam satu bulan pertama, Rizki sudah bisa memahami dasar-dasar dunia jaringan. Ini merupakan prestasi yang membanggakan baginya, mengingat sebelumnya ia belum pernah berkecimpung di bidang ini. Namun, perjalanan belajarnya tidak selalu mudah. Ada kalanya rasa malas menghampiri, terutama ketika materi terasa sulit dipahami. Saat itu, Rizki memilih untuk memaksakan diri belajar sedikit demi sedikit, lalu beristirahat sejenak ketika kepalanya mulai pusing. Baginya, rasa malas hanyalah rintangan kecil yang harus dilawan.
Rizki juga selalu ingat akan tanggung jawabnya kepada keluarga. Selepas lulus dari PeTIK, impiannya adalah segera bekerja. Bukan hanya untuk meraih kesuksesan pribadi, tetapi juga untuk membantu keluarga, terutama membiayai sekolah adik-adiknya. Ia paham betul kondisi keluarganya, dan ia ingin menjadi bagian dari solusi. Ayahnya yang bekerja serabutan dan ibunya yang seorang ibu rumah tangga, adalah alasan terbesar mengapa ia ingin cepat sukses. Rizki tahu bahwa masa depan keluarga juga berada di pundaknya.
Tak lupa, Rizki menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada para Muzaki YBM. Berkat mereka, ia dan teman-temannya dapat belajar di PeTIK tanpa harus memikirkan biaya. Dukungan itu telah membuka jalan bagi Rizki untuk menggapai impian dan memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya
Leave a Reply